Makalah Agama Yahudi



AGAMA YAHUDI
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama-Agama Dunia


       
Oleh:
MUHAMMAD ARIEF RUCHIAT              11160360000049
ISHMATUL ATQIA                                     11160360000054
AKHMAD HASAN MALIKI                      11160360000063


ILMU HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Penulis berharap semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang sangat kurang. Oleh karena itu, penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, September 2017



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................        i
DAFTAR ISI.................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang.........................................................................................        1
B.  Rumusan Masalah.....................................................................................        1
C.  Tujuan Penulisan.......................................................................................        1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Latar Belakang Sejarah dan Pembawa Agama Yahudi...........................        2
B.  Kitab-Kitab Suci Agama Yahudi.............................................................        6
C.  Ajaran-Ajaran Pokok Agama Yahudi......................................................        10
D.  Sekte-Sekte Agama Yahudi.....................................................................        14
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan...............................................................................................        16
B.  Saran.........................................................................................................        16
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Yahudi merupakan agama bangsa Ibrani yang dikenal dengan sebutan Asbath (12 keturunanYa’qub dari bani Israel). Allah mengutus Musa kepada mereka dengan membawa Taurat. Agama Yahudi rupanya dinisbahkan kepada bangsa Yahudi. Namun, masih terjadi perbedaan mengenai detail penisbahan tersebut. Bisa jadi penisbahan itu mulanya hanya kepada Yehuda, salah satu putra nabi Ya’qub, tetapi kemudian mencakup seluruh bangsa yahudi.
Agama Yahudi itu agama tertua di antara lima agama yang menganut keyakinan bahwa Kodrat Ilahi langsung menurunkan wahyu kepada pribadi pembangunnya. Empat agama lainnya ialah: agama Zoroaster, agama Kristen, agama Islam dan agama Sikh.
Agama Yahudi itu dinamakan dalam literatur di Barat dengan Judaism dan di dalam literatur berbahasa Arab disebut Yahudiyah. Sebutan Judaism itu bermula digunakan di dalam literatur pihak Yahudi sendiri di sekitar tahun 100 sebelum Masehi, yakni di dalam II Makkabi, 2:21 dan 8:1, yang disusun dalam paduan bahasa Grik—Yahudi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa latar belakang sejarah dan siapa pembawa agama Yahudi?
2.      Apa saja kitab-kitab suci agama Yahudi?
3.      Apa ajaran-ajaran pokok agama Yahudi?
4.      Apa sekte-sekte agama Yahudi?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui latar belakang sejarah dan pembawa agama Yahudi
2.      Untuk mengetahui kitab-kitab suci agama Yahudi
3.      Untuk mengetahui ajaran-ajaran pokok dari agama Yahudi
4.      Untuk mengetahui sekte-sekte agama Yahudi



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Sejarah dan Pembawa Agama Yahudi
Tiga agama samawi atau agama wahyu, yaitu Yahudi, Nashrani dan Islam mempunyai kecenderungan ke arah sikap yang eksklusif dan tidak toleran, walaupun ketiga-tiganya bersaudara kandung.  Masing-masing menganggap dirinya sebagai pemilik kebenaran yang absolut, kesucian dan keselamatan.  Terutama yang tertua dari tiga bersaudara ini, yaitu Yahudi, begitu bersifat eksklusif, sehingga menganggap penganut agama lain sebagai penuh dosa, berasal dari kesesatan dan berada dalam keadaan celaka.  Akan tetapi, dalam memahami dua agama samawi yang lain, yaitu Masehi dan Islam, tanpa mengetahui agama Yahudi orang akan sulit mengetahui dengan seksama proses perkembangan wahyu yang diturunkan Allah kepada manusia dari waktu ke waktu.  Itulah salah satu alasan mengapa agama Yahudi perlu pula dipelajari.[1]
Bangsa Yahudi yang ada sekarang ini bisa dibagi menjadi dua golongan, yaitu Yahudi Semitik dan Yahudi Ezkinaz. Yang terakhir ini juga sering disebut Yahudi non-Semitik. Adapun asal-usul Yahudi Semitik sendiri masih dipersengketakan oleh para sejarawan. Sebagian berpendapat, mereka adalah keturunan Nabi Ibrahim. Beliau ini berhijrah dari kota Aur di sebelah Selatan Mesopotamia, menuju ke Khurran di Syiria. Di sinilah ayah Nabi Ibrahim meninggal dunia. Kemudian Nabi Ibrahim berpindah lagi menuju bumi Kananiah sekitar tahun 2000 SM. Di antara keturunan beliau adalah Nabi Ya'kub, yang diberi gelar Israel, sehingga anak cucunya kelak dipanggil dengan Bani Israel. Di antara keturunan Ya'kub (Israel) adalah Nabi Yusuf yang pernah menjabat semacam Menteri Pertanian Mesir, sehingga anak cucu Ya'kub (Bani Israel) berdiam di Mesir hingga masa Nabi Musa as. Beliau inilah yang mengajak Bani Israel keluar dari Mesir, untuk menyelamatkan diri dari penindasan Fir'aun. Versi ini banyak dipegang oleh para sejarawan dan para tokoh Yahudi sendiri.[2]
Sejarah lahirnya agama Yahudi tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Yahudi. Pada tahun 1900 SM, Ibrahim atau Abraham bersama pengikutnya melarikan diri dari Mesopotamia yang menghindari tekanan dari penguasa zhalim, yaitu Raja Namrud. Lalu, orang-orang ini disebut Ibrani, yang berarti orang yang menyebrang. Pemilihan nama ini muncul karena saat Ibrahim hijrah dari Mesopotamia ke Kan’an, ia harus melintasi Sungai Eufrat. Sejak itu, kelompok ini dan keturunannya menjadi suatu bangsa yang dinamai bangsa Ibrani.
Yudaisme, Judaism, Jewish atau agama Yahudi menempati posisi sangat penting dalam sejarah agama-agama dunia. Agama ini dianggap sebagai agama monoteis tertua dan memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan pengertian tentang karakteristik agama-agama masa silam di Timur Dekat. Selain itu, agama ini juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan agama Kristen dan Islam, serta mempunyai peranan sangat penting untuk memahami sejarah bangsa Yahudi dan mengetahui gerakan Zionis modern.
Sepanjang sejarah perjalanannya, agama Yahudi dikenal dengan lebih dari satu nama. Karena banyaknya nama tersebut, sering kali terjadi kekeliruan tanpa membedakan di antara nama-nama itu dalam tulisan berbahasa Arab pada umumnya. Khususnya tulisan-tulisan di majalah dan koran yang menggunakan istilah-istilah Ibri, Israel dan Yahudi tanpa membedakan makna-makna dan indikasinya dilihat dari historis dan agama.
Nama Ibri dinisbatkan pada Ibrahim atau Abraham. Seperti disebutkan dalam Taurat-kelima kitab pertama dari alkitab-Kejadian 14:13, Abraham adalah orang Yahudi pertama yang disebut sebagai seorang “Ibrani”. Dalam bahasa Ibrani, akar kata ini mengandung makna pimdah, melakukan suatu perjalanan atau menyebrang dari suatu tempat ke tempat lain. Dengan demikian, kata Ibri bisa diartikan sebagai orang yang berpindah.
Sementara nama Israel mengandung dua pengertian, yang pertama bersifat umum. Nama ini dinisbatkan pada Israel atau Ya’qub. Sedangkan pengertian kedua mengandung makna khusus, yaitu nama Israel yang mengisyaratkan pada kecenderungan politik dan geografi, yakni Kerajaan Israel di Utara.
Adapun nama Yahudi, dinisbatkan pada Yehuda, salah satu dari dua belas anak laki-laki Ya’qub dan salah satu dari dua belas suku Israel. Saat ini, banyak yang percaya bahwa seorang Yahudi adalah orang yang merupakan keturunan Abraham, Ishaq dan Ya’qub, tanpa memandang dari suku mana ia berasal.
Dengan demikian, Yahudi merupakan sebuah nama yang bisa dipakaikan untuk agama dan bisa pula untuk bangsa. Jadi, istilah agama Yahudi dan bangsa Yahudi sama-sama dibenarkan. Sebenarnya, sejarah mengenai Yahudi ini dapat dilihat dari Perjanjian Lama. Pada awalnya, Israel hanyalah sebuah kelompok bersatu yang terdiri atas suku-suku, lalu ia menjadi sebuah kerajaan. Setelah terbebas dari perbudakan di Mesir, mereka menaklukkan negeri Kan’an. Sejarah Yahudi mencapai masa keemasannya pada masa Daud dan Sulaiman, sedangkan masa yang paling menyedihkan dalam sejarahnya adalah pada masa perbudakan selama di Mesir dan di Babilonia (586 SM), serta masa Penyerangan Romawi (70 M).[3]
Ya’qub mempunyai gelar kehormatan yang disebut Israel, artinya “hamba Allah yang taat”. Ia mempunyai 12 putra, yaitu Rubin, Simeon, Lewi, Yehuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf dan Benyamin. Anak cucu Ya’qub inilah yang kemudian dikenal sebagai Bani Israel atau anak cucu Israel. Di antara seluruh putra Ya’qub, yang paling banyak keturunannya adalah Yehuda.
Banyak kekhawatiran terhadap perkembangan Bani Israel dan tidak suka pada agama tauhid yang dianut, menyebabkan kedengkian dan menjadikan Bani Israel sebagai budak. Saat itu, setiap anak laki-laki yang lahir dibunuh.
Dari Sinai, Musa dan pengikutnya melanjutkan perjalanan melewati Padang Syur yang tandus. Kemudian, mereka menuju San’a, Mara, Elim dan Bukit Sinai. Sesampainya di Tursina, Musa dan kaumnya mendirikan perkampungan. Setelah itu, Musa pergi ke Bukit Tursina selama 40 hari untuk mendapatkan wahyu dari Allah berupa Taurat. Dari peristiwa inilah, ajaran agama Yahudi dimulai. Sekembalinya Musa dari Bukit Tursina, Musa mengajak seluruh Bani Israel untuk beriman kepada Taurat. Namun, mereka ragu dan ingkar, bahkan mereka menolak ketika diajak berjihad memasuki tanah yang dijanjikan, yaitu Kan’an.
Akhirnya, Bani Israel berhasil memasuki Kan’an di bawah pimpinan Yoshua setelah lebih dahulu memerangi penduduk bangsa Kan’an dan filistin selama beberapa tahun.
Setelah Bani Israel berhasil memenangi peperangan dan menguasai negeri Kan’an, negeri itu kemudian dibagi menjadi 12 wilayah. Raja mereka yang pertama adalah Thalut atau Saul, yang memerintah antara tahun 1042-1012 SM. Setelah itu, bangsa Israel dipimpin oleh Daud yang memerintah sekitar 40 tahun (1012-972 SM). Setelah berhasil mengalahkan kekejaman raja pada masanya, Daud kemudian mendirikan kerajaan Israel di Kan’an (Palestina). Kehidupan bangsa Israel pada masa pemerintahannya lebih baik dan terjamin daripada masa sebelumnya.
Setelah Daud meninggal, Kerajaan Israel diteruskan oleh putranya, yaitu King Solomon, Raja Solomo atau Raja Sulaiman, yang memerintah tahun 972-937 SM. Pada masa pemerintahan Sulaiman inilah, didirikan Baitul Maqdis di atas bukit Moria (Sion/Zion). Pada masa ini, wilayah Kerajaan Israel diperluas dari Sungai Nil di selatan hingga ke Sungai Eufrat di utara.
Sebagaimana disebutkan dalam kitab suci Yahudi, yang juga disucikan oleh Kristen, bahwa sekitar tahun 992 SM, akhirnya Kerajaan Israel terpecah dua, utara dan selatan. Kerajaan selatan diberi nama Yehuda, yang diambil dari nama moyangnya. Pada saat itu, kota Yerusalem merupakan tempat menyimpan Tabut (peti) yang berisi kitab Taurat.         
Selain itu, Yerusalem adalah ibu kota pusaka Raja Daud. Antara tahun 721-722 SM, Kerajaan Israel yang berpusat di Samaria mengalami kehancuran akibat diserang oleh bangsa Assyria. Seluruh negeri mereka dihancurkan, ribuan orang Israel dibunuh dan sekitar 27.290 orang penduduk Israel dari golongan atas dan menengah digiring ke dalam pembuangan.
Pada tahun 606 SM (ada yang mengatakan tahun 586 SM), Kerajaan Yehuda dihancurkan oleh Raja Nebukadnezar dari Babilonia. Kota Yerusalem dihancurkan, tempat-tempat ibadah Yehuda dan Tabut yang berisi Taurat dihancurkan, ribuan orang terbunuh, selebihnya dijadikan budak.
Ketika orang-orang Babilonia menghancurkan kuil pertama di Yerusalem sekitar 2.600 tahun yang silam, orang-orang Yahudi yang berhasil meloloskan diri hijrah ke tanah Arab, tepatnya di Yastrib, sekarang Madinah, serta sebagian pergi ke tempat-tempat yang jauh dan mereka kemudian membangun komunitas.
Pada masa penjajahan Romawi, Tuhan mengutus Isa atau Yesus Kristus. Ia diutus untuk mengajak Bani Israel agar berpegang teguh pada ajaran Musa yang sudah banyak diingkari. Lalu, pada tahun 33 SM, diadakan perayaan Paskah tahunan di Baitul Maqdis sebagai perayaan selamatnya bangsa Israel dari penindasan Fir’aun.  Namun, perayaan tersebut berubah menjadi pesta perniagaan yang diwarnai dengan perjudian. Bahkan, di pintu gerbang Baitul Maqdis diberi patung garuda sebagai lambang kebesaran kekaisaran Romawi.
Pada tahun 70 M, Bani Israel pernah mencoba memberontak pada Romawi, tetapi tidak berhasil. Komandan militer Romawi saat itu, Titus, berhasil mematahkan pemberontakan tersebut. Kemudian pada tahun 132-135 M, mereka kembali memberontak dan lagi-lagi gagal. Julius Cyprus, pemimpin Romawi, akhirnya memporak-porandakan Yerusalem.
Bangsa Yahudi dilarang memasuki kota Yerusalem selama 200 tahun. Jumlah populasi mereka pun sangat jarang di sepanjang 18 abad berikutnya. Sementara penduduk pribumi dari keturunan Kan’an yang berasimilasi dengan kabilah Arab tetap langgeng di sana.
Romawi menguasai Palestina sampai tahun 640 M hinngga datangnya Islam. Kota Yerusalem kemudian diserahkan secara resmi kepada Khalifah Umar bin Khattab tanpa peperangan. Di bawah pemerintah Islam seluruh rakyat diperlakukan dengan adil dan diberi kebebasan beribadah sesuai agama masing-masing. Saat itu Yahudi, Kristen dan Islam hidup rukun dan berdampingan.[4]   
Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa awal mula lahirnya agama Yahudi adalah ketika Tuhan menurunkan Taurat kepada Musa, sebagai kitab suci yang esensinya terletak pada Sepuluh Perintah Tuhan.
B.  Kitab-Kitab Suci Agama Yahudi
Kitab suci agama Yahudi itu dinamakan dengan Biblia, yakni Alkitab. Pihak Kristen pada masa belakangan memanggilkan keseluruhannya dengan Old Testament, yakni Perjamjian Lama.namun, bagian dari Bibel yang terbesar adalah Perjanjian Lama, yaitu lebih kurang 75% dari keseluruhan isi kitab itu, merupakan bagian Perjanjian Lama. Oleh karena itulah, penganut agama Yahudi meyakini bahwa Allah (G-d, Yahweh atau Tuhan) telah menurunkan kepada Musa dua kitab suci yang menjadi tuntunan dan pedoman hidup bagi Bani Israel. Berikut kitab suci yang menjadi pedoman pengikut agama Yahudi, yaitu:
1.    Taurat Tertulis
Bisa disebut Taurat, Torah atau Tanakh, sering kali dipakai untuk menyebut keseluruhan bagian yang biasa disebut oleh orang Kristen sebagai Perjanjian Lama dan merupakan bibel orang Yahudi. Mereka meyakini bahwa Tanakh merupakan firman Allah yang didiktekan kepada Nabi Musa, lalu Musa menuliskannya dalam dua buah lempeng batu dan hal itu terjadi saat Musa menemui Allah di Bukit Sinai selama empat puluh hari empat puluh malam.
Adapun isi Tanakh secara keseluruhan terdiri atas tiga bagian, yaitu hukum atau Taurat, nabi-nabi atau nevi’im dan sastra atau ketuvim.  
a.    Taurat
Taurat artinya “hukum” atau “pengajaran” dan menunjuk pada keseluruhan yang diketahui tentang Allah dan hubungan-Nya dengan dunia ciptaan-Nya. Dalam pengertian yang lebih sempit, Taurat menunjuk pada lima kitab Musa, yaitu Genesis (Kejadian), Eksodus (Keluaran), Leviticus (Imamat), Numbers (Bilangan), dan Deuteronomy (Ulangan).
Salah satu bagian penting dalam pelaksanaan ibadah umat Yahudi adalah membaca sejumlah ayat dari Taurat dengan suara keras. Dalam peribadatan yang di Sinanoga, bacaan dari gulungan kitab Taurat atau Sefer Torah, dibacakan pada hari Sabat pagi dan sore, perayaan keagamaan pagi, pagi hari Senin dan Selasa pagi. Dalam tradisi kaum Yahudi Otodoks, sebagai penghormatan besar, kitab Taurat hanya boleh dibuka oleh laki-laki dan untuk dibacakan di depan umat. Orang yang dipilih untuk membaca kitab suci dalam bahasa Ibrani harus menggunakan yud-alat petunjuk yang dipegang.
b.      Kitab Para Nabi (Nevi’im)
Dalam agama Yahudi, ada delapan kitab yang diberi nama sesuai nama para Nabi. Empat kitab yang pertama, yaitu kitab kitab Yoshua, Hakim-Hakim, Samuel I dan II, serta Raja-raja I dan II. Nama ini biasanya mengacu pada para Nabi terdahulu dan kitab-kitab sejarah. Keempat Kitab yang lain mengacu pada para nabi-nabi terakhir, yakni Yesaya, Yeremia, Yahezkiel dan 12 nabi-nabi kecil yang dianggap satu kitab. Bacaan terpilih dari kitab para nabi dibacakan di Sinanoga pada hari-hari Sabat, perayaan-perayaan keagamaan dan hari-hari puasa.
Agama Yahudi sangat meyakini adanya banyak nabi. Sejak zaman dahulu, Bani Israel mengenal banyak nabi, semenjak zaman Ibrahim memperingatkan kaumnya supaya tidak menyembah berhala dan harus keluar dari negeri mereka ke Kan’an.
Nabi-nabi yang diyakini oleh umat Yahudi adalah orang-orang miskin, yang datang dari bukit-bukit Yudea, serta turun ke kota dan kuil-kuil. Di mana pun para nabi itu dapat berkumpul dengan pendengar-pendengarnya, maka di situlah disampaikan pandangan-pandangan mereka. Jadi, umat Yahudi mengemban tugas memerangi kejahatan dan menyebarkan kebenaran.
c.       Sastra (Kethuvim)
Bagian terakhir atau yang ketiga dari kitab Tanakh ialah kitab Sastra. Kitab ini dianggap kurang bernilai jika dibandingkan dengan dua bagian yang sebelumnya. Meskipun demikian, kitab tersebut berisi Mazmur, yang secara teratur digunakan dalam ibadah di Sinanoga. Bacaan dari sastra ini sering diberikan di Sinanoga pada hari-hari perayaan.
2.    Taurat Lisan
Taurat ini biasa disebut sebagai Talmud dan diyakini sebagai penjelasan atau perincian atas Taurat (Tanakh). Talmud dapat diartikan sebagai ajaran atau pengetahuan, derivasi dari kata laumid dalam bahasa Ibrani, yang artinya pelajaran. Ada yang mengatakan, artinya ialah pengajaran dengan perantara kitab suci. Setelah pertengahan abad ke-2 Masehi, Talmud ditetapkan sebagai kitab yang berisi hukum-hukum syariat kaum Yahudi.
Talmud terdiri atas dua komponen, sebagaimana berikut:
a.    Mishnah
Mishnah merupakan versi utama karena ditransmisikan secara turun-temurun secara lisan dari Nabi Musa ke Yosua, lalu kepada para tua, para nabi, sampai generasi Great Assembly yang dipimpin oleh Ezra, yakni sampai abad kedua Masehi.
Seperti dinyatakan oleh orang-orang Yahudi, kitab Mishnah berasal dari Musa dan diturunkan hingga 40 generasi sampai Judah Hanasi sekitar tahun 190-200 SM. Secara hukum, bangsa Yahudi tidak dibenarkan menuliskan (membukukan) ajaran tersebut, selama kuil mereka masih berdiri sebagai Markas Besar Yahudi.
Mishnah terdiri atas 6 bagian yang disebut sedarim (orders), yang berarti undang-undang yang bersifat perintah dan masing-masing sedarim terdiri atas beberapa masekhtot (tractates). Jumlah keseluruhan terdapat 63 masekhtot.
Berikut 6 pembahasan singkat sedarim yang terdapat dalam kitab Mishnah:
1)        Zeraim, berisi pembahasan mengenai masalah pertanian yang terdiri atas 11 bab atau traktat.
2)        Moed, meliputi masalah lebaran dan puasa, terdiri atas 12 bab.
3)        Nashim (wanita), memuat undang-undang perkawinan, talak, serta nazar dan yang bernazar. Dalam bagian ini, terdapat 7 bab. Di antaranya, “abudah zarah”, yang artinya “mengabdi pada berhala”. Ajaran ini dianggap cukup menyimpang dari ajaran awal yang menjunjung kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
4)        Nezekim (darurat), berisikan undang-undang perdata dan pidana, sebanyak 10 bab.
5)        Kodashim (semua yang dikuduskan), tentang peraturan sembahyang dan penyembahan kepada Tuhan, sebanyak 11 bab.
6)        Toharoth (menyucikan), peraturan tentang kesucian dan najis, terdiri atas 12 bab.
b.   Gemara
Gemara memiliki arti “pelengkap”. Bagian ini merupakan versi analisis atau pelengkap atau komplemen atau komentar terhadap Mishnah, karena baru mucul dengan versi yang berbeda-beda setelah generasi Great Assembly. Penulisan Gemara diawali oleh dua orang putra Yudah Hanasi, yaitu Hakhom Gamaliel oleh Hakhom Ashi di sebuah kota dekat Sungai Eufrat, Sura dari tahun 365-425 M.
Kitab Gemara baru terselesaikan penulisannya oleh Hakhom Akino (Rabina). Penutup kitab ini tertulis oleh Hakhom Jose, yang pada akhir hayatnya mendapat gelar dari bangsa Yahudi sebagai Pemberi Perintah, sekitar tahun 498 M. Tokoh-tokoh agama Yahudi yang mengikuti jejak Hakhom Jose ini diberi gelar Pencetus ide dan dianggap sebagai sumber hukum dari karya sebelumnya. Sesudah masa ini, lahirlah masa para Hakhom biasa yang sekarang disebut sebagai para Rabbi.
Ada dua versi Talmud akibat perbedaan isi Gemara dari masing-masing keduanya. Pertama, Talmud Jerusalem, yang dikodifikasikan pada abad ketiga Masehi. Versi ini berisi rekaman diskusi para tokoh agama jebolan Thabariyah, saat mereka menafsirkan nash-nash kitab Mishnah.
Kedua, Talmud Babilonia, yang dikodifikasikan pada abad kelima Masehi. Versi merupakakan hasil rekaman penafsiran Mishnah oleh para tokoh agama Yahudi di Babilonia, penyusunannya selesai sekitar tahun 500 M.
Kumpulan Mishnah dan Gemara itulah yang kemudian disebut Talmud. Selain itu, masih terdapat pula kitab mirip dengan Talmud, yaitu kitab Midrash. Kitab ini berisi dongeng-dongeng dan hukum yang diciptakan oleh para Hakhom setelah penyusunan Talmud. Karena khawatir dongeng dan hukum yang diciptakan para Hakhom itu tercecer dan hilang, mereka pun membukukannya dalam kitab Midrash ini. Di antara dongeng yang terdapat di dalam kitab Midrash ialah kisah ketidakmampuan Musa berbicara dengan baik karena sewaktu bayi pernah memakan batu yang membara. Di kitab ini, juga dikisahkan tentang Ibrahim yang menentang berhala-berhala buatan ayahnya sehingga ia menghancurkan semua berhala tersebut, kecuali yng paling besar.
Selain beberapa kitab tersebut, masih ada sebuah kitab penting lainnya sejenis Mishnah, yaitu Braitha. Kitab ini berisikan ajaran para tokoh agama Tanna’im yang hidup sesudah masa Yudah Hanasi. Untuk membedakan kitab Mishnah karya Yudah Hanasi dengan Braitha, karya Yudah Hanasi diberi nama mathnithan.[5]
C.    Ajaran-Ajaran Pokok Agama Yahudi
Ibadat dan upacara agama yang mereka lakukan adalah:[6]
1.    Sembahyang dan doa dilakukan tiga kali sehari.
2.    Puasa diwajibkan pada hari pengampunan besar
3.    Qurban pengampunan dosa dilakukan oleh para imam pada hari pengampunan besar dan qurban kebaktian atau syukur terhadap nikmat Tuhan dilakukan oleh setiap orang yang mendapat nikmat.
4.    Khitan bagi anak laki-laki diwajibkan pada hari kedelapan usia anak itu.
5.    Paskah artinya berlaku tanpa diganggu.  Mereka melaksanakan upacara ini sebagai tanda syukur kepada Tuhan karena terlepas dari perbudakan Firaun dengan selamat.  Biasanya upacara ini dilaksanakan dengan jamuan makan bersama dan menyembelih kambing.
6.    Patekosta hari yang kelima puluh sesudah hari Paskah.  Upacara ini diadakan untuk mensyukuri nikmat Tuhan atas hasil panen tahunan dengan jamuan roti.
Selain ibadat atau upacara tersebut, para penganut Yahudi juga mentaati dan menjalankan syariat yang berhubungan dengan kemasyarakatan, dalam hal ini peraturan-peraturan yang berkenaan dengan perkawinan dan keluarga, di antaranya:
1. Poligami dibenarkan dengan syarat-syarat tertentu.
2. Perceraian diperkenankan bila keadaan sangat kritis dan sangat mendesak.
3.  Perkawinan dengan wanita beda agama dilarang.
4. Berzina dilarang, hukumnya haram dan dapat dibunuh.[7]
Di samping itu, hukum-hukum mengenai makanan dan minuman pada dasarnya bersamaan dengan agama Islam.  Dalam hal ini sama halnya dengan ajaran mengenai akidah ketuhanan.  Mereka beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, beriman kepada Malaikat, para Rasul, hari Kiamat, surga dan neraka.
Mengenai pokok-pokok ajaran agama Yahudi sebagaimana tersimpul dalam kitab Taurat yang terkenal dengan “Ten Commandements”, Sepuluh Hukum Perintah atau undang-undang sepuluh wasiat.  Dalam kitab keluaran pasal 20 ayat 1 sampai dengan ayat 17 berbunyi secara ringkas sebagai berikut:
“Akulah Yehovah Tuhan Allah-Mu yang telah menyelamatkanmu sekalian dari perhambaan Fir’aun di tanah Mesir”.
1.    Jangan engkau menyembah Tuhan yang lain daripada-Ku
2.    Janganlah engkau membuat dan menganggap arca dan segala macam bentuk barang yang ada di langit dan di bawah bumi, dan yang ada di dalam air di bawah bumi, janganlah engkau menundukan dirimu, sujud dan berbakti kepada semua benda itu.
3.    Janganlah engkau menyebutkan nama Tuhan dengan sia-sia.
4.    Ingatlah engkau akan hari Sabat (hari penghentian semua harkat).  Hendaklah engkau hormati dan sucikan hari itu.
5.    Berilah hormat akan bapakmu dan ibumu supaya dilanjutkan umurmu dalam negeri yang dianugerahkan Tuhan-mu.
6.    Janganlah engkau membunuh orang.
7.    Janganlah engkau berbuat zina.
8.    Janganlah engkau mencuri.
9.    Janganlah engkau menjadi saksi dusta terhadap sesamamu.
10.    Janganlah engkau mempunyai keinginan untuk menguasai dan merampas hak-hak milik orang lain[8]
Dari Sepuluh Firman Tuhan tersebut, terkandung aspek-aspek akidah, ibadah, syariah, hukum dan etika agama Yahudi. Berikut uraian beberapa sistem kepercayaan agama Yahudi yang bersumber pada kitab-kitab suci mereka:
1.      Konsep Ketuhanan
Dalam sejarahnya, agama Yahudi merupakan agama pertama yang mengajarkan bahwa Tuhan ialah Esa berdasarkan kitab Taurat yang diwahyukan Tuhan kepada Musa.  Dan, keesaan  Tuhan ini diyakini sudah diajarkan kepada nabi-nabi sebelumnya.
Ketika masyarakat Yahudi masih mempercayai dan menyembah roh-roh nenek moyang mereka dan kemudian dalam tingkatan politeisme menjadi dewa. Dalam poin kedua dari Sepuluh Firman Tuhan mengandung pengertian bahwa Tuhan bangsa Yahudi tidak dibatasi, dikurangi atau disifati. Tetapi, dalam kitab-kitab Taurat, Tuhan tetap disifati dalam satu gambaran yang menyerupai sifat-sifat manusia atau antropomorfisme. Misalnya, Tuhan mempunyai bibir, lidah, tangan, berkata-kata dan lain sebagainya. Selain itu, Tuhan juga sering disifati dengan penafsiran antropopatisme, yaitu menyamakan perasaan Tuhan dengan manusia, seperti membenci, menertawakan kesibukan manusia, berdiam diri, merintih, marah, mengasihi, menyesal dan sejenisnya.
Salah satu titik sentral kepercayaan orang-orang Yahudi terhadap Tuhan adalah keyakinan terhadap perjanjian Tuhan. Perjanjian ini bersifat sangat eksklusif, artinya orang-orang Yahudi tidak boleh menyembah Tuhan yang lain selain Yehovah, sehingga orang-orang Yahudi akan dijanjikan bangsa pilihan oleh Tuhan. Berdasarkan Taurat, orang Yahudi telah mematerai janji yang sangat penting sehingga dapat dianggap sebagai sumber dari segala sejarah dan kepercayaan mereka di masa-masa selanjutnya.
Kandungan dan materi perjanjian tersebut seluruhnya sudah diberikan kepada bangsa Yahudi oleh Musa dalam bentuk Taurat, hukum tertulis. Sehingga Taurat yang sekarang ini dikukuhkan dengan nama “Perjanjian Lama”. Selain itu juga, karena dimuliakan tidaak saja oleh bangsa Yahudi, tetapi oleh umat Kristiani pula. Karena, terpengaruh oleh makna “perjanjian”, mereka juga menamakan Injil mereka dengan “Perjanjian Baru”.
2.      Konsep Tentang Penciptaan
Konsep penciptaan alam semesta beserta isinya menurut agama Yahudi disebutkan dalam kitab Kejadian (Genesis), yang merupakan kitab pertama dari ajaran Yahudi. Dalam kitab ini dikisahkan pada awalnya, Tuhan menciptakan langit dan bumi dengan berkata, “Jadilah terang”. Lalu, terang itu jadi. Dalam 6 hari, Tuhan menciptakan langit, darat, laut, tumbuhan, matahari dan bulan, serta binatang dan manusia. Kemudian, Tuhan kembali berkata, “Beranak cuculah dan bertambah banyak”. Pada hari ke 7, Tuhan beristirahat dan menguduskannya sebagai hari Sabat.
Selanjutnya, dikisahkan bahwa di taman Eden, terdapat iblis yang berwujud seekor ular yang dapat berbicara. Adapun nama dari pohon terlarang tersebut adalah “Pohon Pengetahuan”. Dalam keterangan kitab suci Yahudi, manusia yang memakannya akan mengetahui hal yang baik dan yang buruk.
Dari keterangan kitab Kejadian (Genesis) tersebut, maka jelaslah bahwa Tuhan sangat memperhatikan segala sesuatu yang telah Dia ciptakan sekaligus menjaganya sebaik-baiknya. Baik umat Yahudi, semua yang ada di dunia ini merupakan ciptaan Tuhan yang mengandung arti dan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia di dunia.
Menurut penganut agama Yahudi, hidup duniawi bukan suatu penjara bagi nyawa atau roh seseorang yang harus segera diakhiri dengan kematian. Materi bukanlah maya karena menjadi unsur kehidupan yang sangat penting bagi manusia. [9]
D.    Sekte-Sekte Agama Yahudi
Di bawah kekuasaan Grik semenjak tahun 332 sebelum Masehi, yang pada masa itu kebudayaan Hellenia dipaksakan dalam kehidupan masyarakat Yahudi, baik bahasa maupun alam pikiran dan adat istiadat, maka masyarakat Yahudi di Palestina itu lambat laun terpecah kepada empat sekte, terutama pada masa-masa menjelang tahun Masehi, seperti berikut di bawah ini:
1.)    Saduki, dipimpin oleh Imam-Imam Besar (High Priests) di Jerussalem dan berpengaruh dalam lapisan atasan, kaum terpelajar Yahudi maupun kaum bangsawan Yahudi. Hal itu disebabkan mereka lebih menitikberatkan pertimbangan pada soal-soal politik. Sekte itu diprngaruhi kebudayaan Grik dan alam pikiran Grik.
2.)    Pharisi, yang punya pengikut luas dalam lapisan rakyat di bawah pimpinan rabbi-rabbi dan sangat ketat memegangi syariat Taurat Musa. Nama seket tersebut bermakna pihak “yang memisahkan diri”. Teguh mempertahankan kepercayaan dan adat istiadat Yahudi terhadap tantangan zaman.
3.)    Zealot, merupakan pecahan dari sekte Pharisi karena tidak puas akan sikap yang telampau pasif terhadap perjuangan kebebasan nasional. Dalam seluruh keyakinannya dan kepercayaannya sekte itu bersamaan dengan sekte Pharisi kecuali dalam satu soal aja, yaitu sikap agresif memperjuangkan kebebasan nasional.
4.)    Khasidim, pihak yang menyerahkan hidupnya sepenuhnya untuk beribadat dalam sipat khalwat pada tempat-tempat terasing, seperti halnya dengan aliran Sufi di dalam agam Islam, yang mencari “penghiburan” atas penderitaan lahiriah itu dengan menenggelamkan diri pada aliran mistik. Nama sekte itu bernama “puak yang suci”, dan di dalam bahasa Grik dipanggilkan dengan sekte Essenes (pihak yang suci).
Itulah empat sekte yang tetap tumbuh dan berkembang sampai kepada masa Nabi Isa Almasih (Jesus Kristus) menjalankan missinya pada masa menjelang pertengahan abad pertama Masehi.
Sekte Saduki menuduh sekte Pharisi itu menyebarkan ajaran-ajaran yang tidak tertulis di dalam Taurat Musa dan hal itu benar, karena melalui penafsiran-penafsiran terhadap Hukum Musa, maka pihak Pharisi itu menetapkan hukum-hukum baru yang bertambah lama bertambah ketat.
Sekte Pharisi mempercayai hari Kebangkitan, neraka dan surga, hidup kekal pada hari Kemudian dan kedatangan kerajaan Almasih menjelang hari Kebinasaan Alam Semesta.
Sekte Saduki berpendirian bahwa sekalian hal itu tidak perlu diperbincangkan karena tidak satupun tentang hal itu bisa “diketahui” oleh siapapun. Pendirian tersebut, jikalau dari jurusan filsafat disebut dengan: Agnosticism.
Sekte Saduki memegangi ajaran filsafat Grik tentang “kemauan bebas” pada manusia, sedangkan sekte Pharisi mempercayai takdir ilahi menguasai hidu manusia.
Itulah pokok-pokok perbedaan yang terpenting antara sekte Saduki dan sekte Pharisi, terutama pada masa-masa menjelang tahun Masehi. Bagian terbesar dari pada rabbi, seumpama rabbi-Hillel yang dimuliakan Yahudi dan ajaran-ajarannya dalam bidang moral hampir mendekati tingkatan-tingkatan ajaran Jesus Kristus.[10]
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Agama Yahudi, merupakan agama Samawi yang berkembang di Bumi Palestina. Yahudi, identik dengan Bani Israel, dikarenakan pemeluk agama ini rata – rata dari keturunan Bani Israel. Agama ini mengklaim bahwa ajaran mereka berasal dari Ibrahim. Mereka meyakini akan adanya satu Tuhan, yakni yang mereka sebut YeHoVaH. Namun, dalam prakteknya, umat Yahudi banyak yang menyimpang dari apa yang telah diajarkan oleh para nabinya. Di satu saat mereka taat pada Tuhannya, namun di saat yang lain mereka juga menyembah berhala ( patung sapi ).
Tradisi peribadatan umat Yahudi antara lain sembahyang, puasa, perayaan hari – hari suci ( Hari Sabbath, Pantekosta, Paskah, Penebusan dosa dan hari Bulan Baru ), kurban ( Kurban perdamaian, kurban pemujaan dan kurban yang lainnya ), syari’ah ( Hukum sipil, hukum perhambaan, kriminal, waris, khitan dan perkawinan ) dan etika.
Kitab suci umat Yahudi terdiri dari dua bagian, yang pertama Taurat tertulis, yaitu Taurat, Kitab Para Nabi (Nevi’im), dan Sastra (Kethuvim).  Yang kedua Taurat lisan, yaitu Mishnah dan Gemara.
Nabi mereka antara lain Daniel, Ezra, Yezekial, Hosea, Amos, Yunus, Mikha, Nahum, Elia, Natan sampai dengan Debora. Sedangkan Musa, Harun, Daud dan Sulaiman mereka anggap sebagai raja mereka. Terdapat juga tradisi mistik dalam agama Yahudi, antara lain mistik Kabbalah, mistik Markabah, Hechalots dan mistik Hasidisme.
Adapun sekte dalam agama Yahudi antara lain : Saduki, Pharisi, Zealot, Khasidim.


B. Saran
Mahasiswa Ushuluddin, selain mempelajari agama Islam, selayaknya mereka mempelajari agama selain Islam agar pada nantinya dapat membandingkan antara kebenaran dan kebatilan.  Demikianlah makalah ini selesai ditulis.  Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.  Wallahu a’lam



Daftar Pustaka
Abdurrahman dkk. 1988. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: PT. Hanindita
Joesoef Sou’yb. 1996. Agama-Agama Besar di Dunia. Jakarta: PT. Al Husna Zikra

M. Ali Imron. 2015. Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: IRCiSoD
T. H. Thalhas. 2006. Pengantar Studi Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Galura Pase
William G. Carr. 1991. Yahudi Mengenggam Dunia. Jakarta: Al-Kautsar



[1] Drs. Abdurrahman dkk, Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta: PT.Hanindita, 1988) hal. 295
[2] William G. Carr, Yahudi Menggenggam Dunia, (Jakarta: Al-Kautsar, 1991) hal. 8
       [3] M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015) hal. 345-346 
       [4] M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015) hal. 347-352
       [5] M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015) hal. 357-363 
[6] T.H.Thalhas, Pengantar Studi Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Galura Pase, 2006) hal. 90
[7] T.H.Thalhas, Pengantar Studi Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Galura Pase, 2006) hal. 91

[8] T.H.Thalhas, Pengantar Studi Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Galura Pase, 2006) hal. 91

     [9] M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015) hal. 364-367
       [10] Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar di Dunia, (Jakarta: PT. Al Husna Zikra, 1996) hal. 303-305
Previous
Next Post »